Minggu, 29 Juli 2012

MODEL PENGARUH PERSEPSI AKAN TOKO RITEL MODERN PADA PENGALAMAN BERBELANJA

oleh ; Hotniar Siringoringo, Basu Swastha Dharmmesta & Toto Sugiharto
2008

ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memodelkan pengaruh persepsi akan toko ritel modern pada pengalaman berbelanja di toko ritel modern yang sama dalam keputusan pembelian kebutuhan sehari-hari. Data penelitian merupakan data primer, dengan kuesioner sebagai instrumen penelitian. Kuesioner disebarkan ke konsumen toko ritel modern di Jabodetabek. Hipotesis yang diuji adalah persepsi akan toko ritel modern memengaruhi pengalaman berbelanja dalam toko ritel yang sama. Hipotesis diuji menggunakan model persamaan struktural. Perangkat lunak Lisrel digunakan sebagai alat analisis data. Statistik kebaikan suai menunjukkan bahwa persepsi akan toko ritel modern memengaruhi pengalaman berbelanja di toko ritel yang sama pada taraf nyata 5%.
Kata kunci: konsumen, model struktural, kebutuhan sehari-hari, variabel laten, variabel manifes

PENDAHULUAN
Beberapa penelitian dalam perilaku selama ini menunjukkan bahwa persepsi dipengaruhi oleh pengalaman (Assael, 2001). Persepsi terbentuk dari pengalaman secara langsung maupun secara tidak langsung. Dalam keputusan pembelian kebutuhan sehari-hari di toko ritel modern, pengalaman berbelanja konsumen lain yang dibagikan ke konsumen melalui mulut ke mulut dalam toko ritel tertentu, dapat membentuk persepsi konsumen akan ritel yang sama. Pengalaman berbelanja di toko ritel lain berinteraksi dengan stimulus yang diberikan toko ritel tertentu, juga dapat memengaruhi persepsi konsumen akan toko ritel modern tertentu.
Pemberian stimulus sering dilakukan manajemen ritel modern dalam bentuk iklan harga murah, barang lengkap, baik oleh manajemen toko ritel yang baru dibuka di daerah tertentu maupun yang sudah lama beroperasi di daerah yang sama. Di sisi lain, manajemen ritel yang baru dibuka di daerah tertentu . .   . . . . .(baca_selengkapnya )

Artikel lengkap dikompilasi oleh/hubungi :
Kanaidi, SE., M.Si (Penulis, Peneliti, PeBisnis, Trainer dan Dosen Marketing Management).
e-mail ke : kana_ati@yahoo.com atau kanaidi@poltekpos.ac.id
HP. 08122353284
-------------------------------
Butuh Artikel/Jurnal Lainnya ?, click di :

Dampak Supermarket terhadap Pasar dan Pedagang Ritel Tradisional di Daerah Perkotaan di Indonesia

oleh : Daniel Suryadarma, dkk - November 2007
Laporan Penelitian SMERU, ISBN 978-979-3872-46-9

ABSTRAK
Studi ini mengukur dampak supermarket pada pasar tradisional di daerah
perkotaan di Indonesia secara kuantitatif dengan menggunakan metode differencein-
difference (DiD) dan metode ekonometrik, serta secara kualitatif dengan
menggunakan metode wawancara mendalam. Penelusuran melalui metode
kuantitatif secara statistik tidak menemukan dampak signifikan pada pendapatan
dan keuntungan, tetapi terdapat dampak siginifikan supermarket pada jumlah
pegawai pasar tradisional. Temuan-temuan kualitatif menunjukkan bahwa
kelesuan yang terjadi di pasar tradisional kebanyakan bersumber dari masalah
internal pasar tradisional yang memberikan keuntungan pada supermarket.
Karena itu, untuk menjamin keberlangsungan pasar tradisional diperlukan
perbaikan sistem pengelolaan pasar tradisional yang memungkinannya dapat
bersaing dan tetap bertahan bersama kehadiran supermarket.
Kata kunci: evaluasi dampak, pasar tradisional, supermarket, perkotaan, Indonesia

I. PENDAHULUAN
Persaingan sengit dalam industri ritel telah melanda negara-negara maju sejak abad yang
lalu, khususnya di Amerika Serikat dan Eropa Barat. Persaingan terjadi terutama antara
usaha ritel tradisional dan ritel modern (supermarket dan hipermarket). Namun,
menjelang dekade akhir milenium lalu persaingan telah meluas hingga ke negara-negara
berkembang, di mana deregulasi sektor usaha ritel yang bertujuan untuk meningkatkan
investasi asing langsung (IAL) telah berdampak pada pengembangan jaringan
supermarket (Reardon & Hopkins 2006). Reardon et al (2003) menemukan bahwa sejak
2003 pangsa pasar supermarket di sektor usaha ritel makanan di banyak negara
berkembang seperti Korea Selatan, Thailand, Taiwan, Meksiko, Polandia, dan Hongaria
telah mencapai 50%. Di Brazil dan Argentina, di mana perkembangan supermarket telah
lebih dulu dimulai, pangsa pasarnya mencapai sekitar 60%. Traill (2006) menggunakan
berbagai asumsi dan memprediksi bahwa menjelang 2015, pangsa pasar supermarket akan  mencapai 61% di Argentina, Meksiko, dan Polandia; 67% di Hongaria; dan 76% di
Brazil.
Di Indonesia, supermarket lokal telah ada sejak 1970-an, meskipun masih terkonsentrasi
di kota-kota besar. Supermarket bermerek asing mulai masuk ke Indonesia pada akhir
1990-an semenjak kebijakan investasi asing langsung dalam sektor usaha ritel dibuka
pada 1998. Meningkatnya persaingan telah mendorong . . .  .  . . . . .(baca_selengkapnya )

Artikel lengkap dikompilasi oleh/hubungi :
Kanaidi, SE., M.Si (Penulis, Peneliti, PeBisnis, Trainer dan Dosen Marketing Management).
e-mail ke : kana_ati@yahoo.com atau kanaidi@poltekpos.ac.id
HP. 08122353284
-------------------------------
Butuh Artikel/Jurnal Lainnya ?, click di :

Jumat, 27 Juli 2012

ANALISIS DAN PENYUSUNAN STRATEGI PEMASARAN HYPERMARKET (STUDI KASUS: GIANT HIPERMARKET CABANG BARANANGSIANG BOGoR)

Oleh : Suharno &  Ika Sulistiya
Publikasi pada :Buletin Ekonomi Periklanan, Vol. VIII, No.2 Tahun 2008

ABSTRACT
Giant Hypennarket is one of main player in consumer good retailing industry in Indonesia. Changing environtment and increasing competition pressure have put the finn in a need of marketing strategy adjustment in order to retain the existing and to gain new market segments. This study presented steps taken in developming a new marketing strategy plan based on study of consume's preference and enterprise perfonnace analysiS. A new marketing mix, has been developed based on consumer preference and enterprise perfonnance studies. The study has been focused on sea food and fish products of the retailer. Objectives of the studies are to Identify dominant marketing variables of the finn that best meet consumer preferences and to fonnulate new or adjusted marketing mix that best fits the business environment and Challenges.
The development of new marketing mix began by conducting consumer preference study in which consumers are requested to expresses their impression and evaluation on existing Giant marketing strategy. In the same manner, intemal officers of Giant hypennarket having direct responsibility in marketing have been asked to give their self evaluation on their own marketing strategy. In both studies, elements of Giant marketing mix, the so called 7 P's, were. evaluated.
Empirical data has been drawn by using survey and interview techniques. Sample respondents representing consumers have been selected by applying purposive sampling methods.
Questionnaires were developed to catch consumer preferences, consumer evaluation and suggestions on the existing marketing mix. The data has then been analyzed by applying descriptive statistics methods. Seven marketing variables of Giant Hypennarket being analyzed are product mix, price mix, place mix, promotion mix, process mix, people mix and physical evidence. These variables have been evaluated by both intemal management and consumers. New marketing mix is then developed based ~n the outcome of the analysis.
It is indicated that Giant Hypermarket has applied the 7 Ps of the marketing mix adequately consistent. Four of the seven variables (product, price, promotion, people, and physical evidence) have been deemed appropriate, while the others have been deemed good. However, one element of promotion mix, namely public relation have been deemed poor by consumes. Evaluation by intemal management of the firm has put marketing variables to be significant factors for the success of the retailer.
The analysis has revealed that two marketing variables, product mix and promotin mix are relatively more important than the others; Cosequently, these variables need to be put in priority in the finn marketing program.
It is recommended, that (1) as a part product mix, the firm to put more care in sorting process to ensure quality, to intensify physical check up on the products, to use appropriate packing materials and to make up packing design. (2) In promotion mix, Giant Hypennarket is suggested to keep using and diversify the existing media to increase publication. In particular, the firm is suggested to increase the frequencies of sales promotion and public relation.


1.1 Latar Belakang
Strategi pemasaran mempunyai peranan yang sangat penting bagi perusahaan
yang bekerja dalam sistem pasar persaingan yang kuat. Akurasi dan ketepatan strategi
pemasaran akan meilentukan keberhasilan dalam mengerjar keuntungan yang
ber1celanjutan. Strategi pemasaran yang baik memberi gambaran yang jelas dan terarah
tentang apa yang per1u dilakukan perusahaan dalam menggunakan setiap peluang pada
beberapa sasaran pasar. Untuk dapat bertahan dalam dunia bisnis yang dengan kondisi
persaingan yang kuat, suatu perusahaan dituntut dapat menguasai pasar dengan
menggunakan produk yang telah dihasilkannya. Strategi pemasaran yang tepat
merupakan salah satu senjata ampuh bagi perusahaan dalam mengembangkan dan
mempertahankan usaha.
Perkembangan hypermarket dan pasar modem lainnya. adalah . . .(baca_selengkapnya )

Artikel lengkap dikompilasi oleh/hubungi :
Kanaidi, SE., M.Si (Penulis, Peneliti, PeBisnis, Trainer dan Dosen Marketing Management).
e-mail ke : kana_ati@yahoo.com atau kanaidi@poltekpos.ac.id
HP. 08122353284
-------------------------------
Butuh Artikel/Jurnal Lainnya ?, click di :

DAMPAK KEBERADAAN PASAR MODERN (SUPERMARKET DAN HYPERMARKET) TERHADAP USAHA RITEL KOPERASI/WASERDA DAN PASAR TRADISIONAL

JURNAL PENGKAJIAN KOPERASI DAN UKM NOMOR 1 TAHUN I - 2006

Abstract
The purpose of this study is (1) to identify position of traditional market and modern
market from institutional aspect and existing regulation, (2) to know the impact of the
existance of modern market to retail business managed by cooperative, traditional
market and small and medium enterprise and (3) to draw up a concept on the
empowerment of retail business applied by cooperative, traditional market and small
and medium enterprise.
The main problem of this study is (1) the position of traditional market and modern
market seen from institusional aspect and the existing regulation, (2) the impact of the
existence of modern market to retail business managed by cooperative, traditional
market and small and medium enterprise seen in aspect of business volume, selling
price, worker numbers and factors affecting consumer behaviour in determining to
shopping and (3) the concept to empower retail business applied by cooperative,
traditional market and small and medium enterprises impact to business volume of
traditional market.
Between before and after the existence of modern is quite different, in which the business
volume of traditional market was higher before the existence of modern market, while
variable of selling price and worker number is just a slight difference.
The conclusion of this study is (1) the existence of modern market has shreatened
traditional market in which, it has developed by 31,4% (AC Nielson) and has developed
negatively by 8%, (2) business volume of traditional market has decreased due to the
existence of modern market. No significant difference in worker numbers and
commodities selling price and (3) the decision to shopping in modern market is strongly
affected by factors of : comfort, sanitation, availability of other facilities, and consumers
decision to shopping in traditional market is strongly affected by distance and shopping
habit.

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia dengan jumlah penduduk lebih dari 220 juta, ditambah kunjungan
wisatawan manca negara sekitar 5 juta per tahun merupakan pasar yang empuk
bagi peritel nasional maupun peritel asing. Memang banyaknya jumlah
penduduk merupakan faktor utama berhasil tidaknya pasar ritel. Di Indonesia . . . .
Kata kunci : kemasan, keputusan pembelian  . . . . .(baca_selengkapnya )

Artikel lengkap dikompilasi oleh/hubungi :
Kanaidi, SE., M.Si (Penulis, Peneliti, PeBisnis, Trainer dan Dosen Marketing Management).
e-mail ke : kana_ati@yahoo.com atau kanaidi@poltekpos.ac.id
HP. 08122353284
-------------------------------
Butuh Artikel/Jurnal Lainnya ?, click di :

Rabu, 25 Juli 2012

What is RETAILING?


A.  PENGERTIAN DAN AKTIVITAS BISNIS RETAIL


Retailing includes all the activities involved in selling goods or services directly to final consumers for their person, non business use (USAHA ECERAN meliputi semua kegiatan yang terlibat dalam penjualan barang atau jasa secara langsung ke konsumen akhir untuk penggunaan pribadi dan bukan bisnis). Retailer or retail store is any business enterprice whose sales volume comes primarily from retailing (Pengecer atau toko eceran adalah usaha bisnis yang volume penjualannya terutama berasal dari penjualan eceran). Kotler, 1997 ; 563

“Retailing is the final activities and steps needed to place  merchandise in the hands of the consumer or provide services to the consumer” (Dunne, Retailing, 1995 ; 4)

Bisnis eceran merupakan bidang yang menarik dan menyenangkan untuk ditelaah lebih jauh. Perkembangan bisnis retail di Indonesia telah berkembang pesat. Pemilik perusahaan-perusahaan tersebut bisa pengusaha swasta nasional, BUMN, bahkan ada yang dimiliki oleh pengusaha swasta asing.
Bisnis retail meliputi seluruh aktivitas yang melibatkan penjualan produk langsung pada konsumen akhir untuk pemakaian pribadi, keluarga atau rumahtangga. Mulai dari konsep toko lokal, maupun dalam bentuk pusat-pusat pembelanjaan modern, seperti ; Super Market, Pasar Swalayan, Toko Serba Ada, dll, dengan skala nasional ataupun internasional.

Pengelolaan bisnis retail tidak hanya sekedar membuka toko dan mempersiapkan produk secara lengkap, melainkan juga harus mengikuti perkembangan teknologi pemasaran agar dapat berhasil dan mempunyai keunggulan bersaing.


B.     KERANGKA KERJA RETAILING

Untuk memahami peranan retailing dalam proses distribusi dapat kita lihat beberapa perspektif berikut :
Ø  Bagaimanakah cara prodesen pompa air menjual produknya sehingga produk tersebut sampai kepada konsumen ?.
Ø  Bagaimanakah  cara pemasaran bisnis jasa berupa ide baru cara pengajaran terbaik kepada anak-anak pra sekolah melalui software komputer mengenai pengejaan dan kosa kata ?.
Ø  Pilihan apa yang harus kita lakukan sekiranya kita akan membuka bisnis retail yang menjual bunga ?.

Di samping melibatkan retailer (pengecer), aktivitas retailing dapat juga dilakukan oleh para produsen, importir, grosir, perusahaan nirlaba, atau pun para agen yang bertindak sebagai retailer, sepanjang mereka bertindak melakukan penjualan langsung kepada konsumen akhir, bukan untuk diolah dan mereka jual kembali.
Skope retailing tidak hanya melibatkan pemakaian suatu toko, melainkan juga termasuk mail order, telepon order, penjualan langsung door to door ke para  konsumen, atau pun mesin-mesin penjaja. Disamping produk tangiable, jasa pelayanan juga termasuk kategori retailing.


C.    KARAKTER KHUSUS RETAILING
Beberapa ciri khusus yang membedakan retailing dengan bisnis lain :
·         Jumlah pembeli sangat banyak, volume pembelian kecil.
·         Transaksi penjualan rendah.
·         Para konsumen akhir banyak melakukan pembelian yang tidak direncanakan.
·         Keinginan para konsumen untuk mendapatkan privacy dari penjualan di dalam rumah.

 
 
 

Melihat beberapa ciri khusus tersebut di atas, retailer harus mempertimbangkan pentingnya ;
·         Displai point-of-purchase,
·         Layout toko yang menarik,
·         Toko dan jendela etalase yang terorganisir dengan baik.
Untuk menarik minat konsumen ke toko tertentu, maka retailer harus mempertimbangkan faktor-faktor ; Lokasi, Fasilitas transportasi, jam buka toko, ketepatan para kompetitor, jenis barang, tempat parkir dan advertising serta promosi-promosi khusus.


D.    FUNGSI-FUNGSI RETAIL DALAM DISTRIBUSI
            Retailing merupakan tahapan final dalam proses distribusi yang membentuk  bisnis dan orang-orang yang terlibat dalam suatu pergerakan fisik dan transfer kepemilikan produk dari produsen kepada konsumen.
Channel distribusi yang biasa dipakai ditunjukkan pada gambar berikut :
 



Dalam suatu channel distribusi, retailing  memainkan peran yang penting sebagai penengah antara produsen, agen dan para suplier dengan para konsemen akhir. Retailer mengumpulkan berbagai jenis barang/jasa dari berbagai sumber dan menawarkannya kepada para konsumen. Prosedur demikian dinamakan dengan  proses penyaringan/pemilihan.


 
 












Gambar : Peranan Retailer dalam Proses Pemilihan

Retailer memuaskan produsen/supliernya dengan cara membeli dalam jumlah yang besar beberapa jenis produk mereka yang terbatas. Sedangkan untuk memuaskan konsumen retailer menawarkan berbagai jenis produk yang dikumpulkan dari berbagai sumber dan menjualnya dalam jumlah yang kecil-kecil. Dengan beragamnya jenis produk yang ditawarkan memungkinkan bagi konsumen untuk melakukan one-stop-shopping.

Fungsi lain retailer dalam distribusi adalah berkomunikasi dengan :

a.    Para konsumen ; Melalui advertising dan displai-displai toko, para konsumen diberi informasi tentang : ketersediaan dan karakteristik barang/jasa, jam buka toko, penjualan khusus, dll.

b.    Para produsen, agen dan pihak lain ; diberi informasi tentang forecast penjualan, penundaan pengiriman, keluhan para konsumen, produk yang rusak, turn over inventory (karena : model, warna dan ukuran), dsb.

Beberapa produsen mengoperasikan fasilitas-fasilitas retail mereka sendiri (di samping menjual melalui para retailer tradisional). Contohnya pada tahun 1980-an, IBM membuka sejumlah IBM Product Centres yang dimiliki perusahaan untuk menjual PC, Mesin Tik, dan asesoris komputer ber merek IBM, walaupun pada akhirnya IBM harus melalui tahun-tahun mengecewakan dan akhirnya menjual toko-tokonya serta keluar dari bisnis retailing.


E.    HUBUNGAN RETAILER DENGAN SUPPLIER

Retailer di satu sisi adalah bagian dari suatu channel distribusi, karenanya para produsen dan agen harus memperhatikan peliputan para retailer atas pasar konsumennya, kaliber displai di dalam toko, level customer service, jam buka toko, dan reliabilitas para retailer sebagai partner bisnis. Di sisi lain, para retailer adalah juga konsumen utama produk yang akan dijual kembali, peralatan toko, peralatan data processing, konsultasi manajemen dan asuransi.
Pandangan berbeda antara retailer dan suplier perlu direkonsiliasikan. Hubungan channel yang paling lancar adalah distribusi eksklusif, hubungan yang paling mudah berubah adalah distribusi intensif, sedangkan  distribusi selektif mengkombinasikan aspek kedua distribusi di atas guna menyeimbangkan tujuan penjualan dan kerjasama anggota channel.

F.    KONSEP PEMASARAN RETAILING.

Konsep retailing memiliki elemen-elemen :
Text Box:











a.    Orientasi konsumen ;
Seorang retailer harus menentukan atribut-atribut dan kebutuhan-kebutuhan para konsumennya dan harus menyediakan diri untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut semaksimal mungkin.
b.    Usaha-usaha yang terkoordinasi ;
Seorang retailer harus mengintegrasikan semua rencana dan kegiatan untuk memaksimalkan efisiensi.
c.    Orientasi tujuan ;
Seorang retailer harus menetapkan tujuan dan kemudian menggunakan strateginya untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.
Tiga isu  yang berhubungan dengan performance suatu retailer :  
1.    Pengalaman Retail secara Total ;
Terdiri dari semua elemen yang mendorong atau menghalangi para konsumen selama kontak dengan retailer yang bersangkutan. Ada elemen-elemen yang dapat dikontrol retailer (seperti : jumlah tenaga penjual, jendela-jendela displai, harga merek barang yang dijual, dan inventori yang tersedia), ada juga elemen-elemen yang tidak dapat dikontrol retailer (seperti : ketersediaan area parkir di sisi jalan, waktu pengiriman dari suplier, dan pajak penjualan). Jika ada pengalaman dari beberapa bagian retail tersebut yang tidak memuaskan, misalnya para konsumen tidak dapat membeli barang/jasa yang dibutuhkan, maka mereka mungkin akan memutuskan tidak akan kembali lagi ke retailer yang bersangkutan.
2.     Customer Service ;
Customer Service mengarah ke kegiatan-kegiatan yang mudah didentifikasi, tetapi kadang-kadang intangible, yang dilakukan oleh retailer dalam hubungannya dengan barang/jasa yang dijual, seperti : jam buka toko, akses  tempat parkir, keramahtamahan, lay-out toko, ketersediaan ruang istirahat, kesopanan para pekerja, penanganan pesanan konsumen khusus, dan jumlah waktu konsumen berada di jalur checkout.
Dua komponen layanan dari Customer Service, yaitu :
a.      Pelayanan yang diharapkan ; Pelayanan-pelayanan yang diingikan untuk diterima oleh konsumen dari retailer, seperti : Sopan santun para wiraniaga. Misalnya ucapan “Hallo, selamat pagi, apa yang bisa saya bantu ?” atau “Terima kasih Bapak/Ibu telah berbelanja di toko kami”.
b.    Pelayanan tambahan ; Pelayanan-pelayanan yang meningkatkan pengalaman belanja bagi konsumen dan memberikan keunggulan kompetitif bagi retailer. Contohnya : tanda/tempelan yang bersifat informatif.
3.    Hubungan Retailing ;
Retailer harus berusaha untuk mewujudkan dan mempertahankan ikatan-ikatan jangka panjang dengan para konsumen.
Dua point efektif :
a.     Pendekatan Win-Win ; Karena menemukan pelanggan baru lebih sulit daripada mempertahankan pelanggan yang sudah ada, maka untuk mendapatkan kemenangan retailer jangka panjang, konsumen juga harus dimenangkan dalam jangka panjang.
b.    Pengembangan Data Base Pelanggan, termasuk data lengkap tentang atribut-atribut orang dan perilaku belanja ; Sehingga kontak dengan konsumen akan lebih baik, lebih sering dan terfokus.

 . . . . . . . . . . . . (baca selengkapnya)

Artikel lengkap dikompilasi oleh/hubungi :
Kanaidi, SE., M.Si (Penulis, Peneliti, PeBisnis, Trainer dan Dosen Marketing Management). e-mail ke : kana_ati@yahoo.com atau kanaidi@poltekpos.ac.id
-----------------------------------------------------
Butuh Jurnal/Artikel Lainnya?,
click di :